Serba Serbi

Metode Kepelatihan Sepak Bola untuk Anak

anakbola.net – Kemenangan adalah salah satu target yang ingin di capai oleh seorang atlit. Mental juara dengan semangat pantang menyerah mesti dimiliki oleh seorang atlit, tidak terkecuali bagi pemain sepak bola. Hal berlaku juga bagi seorang atlit yang memulai meniti mimpi juaranya dari usia belia.

Saat ini, pembentukan mental juara dengan semangat pantang menyerah pada atlit belia sudah di tanamkan. Sayangnya, mental juara terlalu sederhana dimaknai oleh orang tua maupun pelatih. Pembentukan mental juara dan karakter pantang menyerah dianggap sukses jika anak berhasil menaikin podium juara.

Padahal atlit di bawah usia 14 tahun, mesti memahami nilai-nilai dasar mental juara dan karakter pantang menyerah. Penanaman nilai-nilai dasar ini lebih penting dan harus menjadi fokus orang tua, pelatih dan semua yang terlibat dalam pembinaan atlit usia dini.

Kita harus membentuk seorang anak memiliki kemampuan bermain bola yang benar, teknik yang baik, mengerti posisinya sebagai apa dan memiliki karakter. Sebelum kita membahas bagaimana kepelatihan sepak bola untuk seorang anak, awalnya kita harus dapat melihat sejauhmana anak itu senang bermain sepakbola, maka poin yang harus ditekankan :

  • Anak harus dapat fokus dalam minatnya
  • Latihan rutin sesuai dengan umur dan tidak monoton
  • Seorang anak hanya mengenal bermain, bersenang-senang bersenang-senang tanpa ada gangguan target atau orientasi score
  • Biarkan anak itu berkreasi sendiri untuk mencapai tujuannya

Pada tabel berikut, akan digambarkan perbedaan antara sepak bola anak dengan orang dewasa:

Metode kepelatihan yang cocok untuk anak usia 6 sampai 16 tahun

Program kepelatihan untuk usia dini harus berbasis dengan Fun Learning. Yaitu program yang memadukan latihan dasar, teknik dan fisik harus bervariasi supaya dapat dinimakti. Prinsipnya ak harus merasa gembira, sehingga metode kepelatihan yang diberikan mampu diserap dengan baik oleh mereka.

Baca Juga:  Membangun Sikap dan Mental Juara Pemain Usia Dini

Contoh program kepelatihan yang kami dapatkan sebagai berikut :

Merujuk dari buku Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia atau yang kita kenal dengan FILANESIA (Filosofi Sepakbola Indonesia), maka fase latihan sepak bola diselenggarakan sebagaiman bagan dibawah ini:

Dari metode diatas, bahwa Usia di bawah 6 tahun sampai dengan 10 tahun seorang anak harus dilatih bermain bola dengan gembira. Mereka tidak perlu ditargetkan suatu kemenangan. Biarkan mereka berkreasi sendiri, dan tujuannya adalah mereka memahami bermain bola baik secara individu ataupun tim.

Saat memasuki masa usia 11 dan 12 tahun, anak mulai diperkenalkan taktik dasar untuk sebuah tim sepak bola, masuk Usia 13 sampai 15 tahun, bagaimana lebih memfokuskan pengembangan teknik, fisik dan taktik yang lebih sedikit naik levelnya. Memasuki Usia 16 sampai 17 tahun, kepelatihan teknik, Fisik dan Taktik yang lebih spesifik serta terukur dengan menanamkan target pencapaian bagaimana bermain bola yang baik dan efektif, ditambah dengan tujuan bertanding sepak bola adalah memperoleh kemenangan.

Sosialisasi program pembinaan sepak bola usia dini sudah dilakukan oleh PSSI. Diharapkan seluruh Sekolah Sepak Bola di Indonesia dapat menerapkan kurikulum kepelatihan berdasarkan standar Filanesia.

Program yang terarah dan terukur harus benar-benar diterapkan. Bukan sekadar melatih seorang anak untuk bisa bermain bola, namun bagaimana anak itu paham bermain bola yang benar dan efektif. Pengertian efektif disini adalah, seorang anak mengerti pada posisinya, dapat bekerjasama dengan temannya dan bergerak sesuai dengan area yang ditentukan. Mereka bebas berkreasi tanpa adanya tekanan.

Kembali kepada intinya bahwa Sekolah Sepak Bola itu merupakan Sekolah. Tidak ada bedanya dengan Sekolah Umum biasa yang bertujuan memberikan ilmu kepada anak didik supaya dapat berguna dikemudian hari. Tidak hanya masalah teknis, taktik ataupun fisik saja, namun pembentukan karakter seorang anak itu menjadi hal yang tidak dapat dikesampingkan.

Hampir semua Sekolah Sepak Bola sudah menerapkan hal tersebut. Mereka selalu menyisipkan norma-norma kejujuran, kebersamaan, kerjasama, pantang menyerah, berani mengaku salah, menerima kekalahan, dan masih banyak hal positif lainnya.

Pada akhirnya Pembentukan Karakter anak akan terlihat pada saat mereka mengikuti Kompetisi baik Festival ataupun Liga. Karakter anak dan pelatih akan tergambar di moment ini. Terutama pada para pelatih, karakter asli akan tercermin. Ada yang mampu mengontrol emosi, ada yang membuat semangat anak didiknya, dan ada pula yang lepas kontrol dengan megeluarkan makian di pinggil lapangan.

Baca Juga:  Demi Sikap Politik Timnas Indonesia Urung Tampil Pada Piala Dunia 1958

Memang ini seolah faktor ketidaksadaran Manusia, tapi ini harus bisa dikontrol sehingga kata-kata yang tidak pantas tidak terdengar oleh anak usia dini. Seorang pelatih harus mampu memotivasi anak didiknya, dan harus dapat memberi pengertian untuk selalu menerima hasil akhir, baik itu bergembira atas kemenangan yang diraih atau keluar lapangan dengan kelapa menunduk.

Disinilah peran Pelatih terlihat dalam pembentukan karakter anak yang sesungguhya. Penilaian berhasil atau tidaknya bukan dari hasil / skor pertandingan, tapi dari apakah anak itu sudah berusaha keras dan mengeluarkan seluruh kemampuannya sesuai dengan hasil latihan secara rutin.

 

Anthon Adhikusuma
Pengamat perkembangan Sekolah Sepak Bola di Indonesia

Tampilkan Lainnya

Artikel Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button