anakbola.net – Tren pemain midfielder atau gelandang bertubuh mungil pada era sepak bola modern, terutama pemain-pemain dari daratan Spanyol berhasil tampil memukau. Sebut saja diantaranya ialah Xavi Hernandez atau Andreas Iniesta ketika Barcelona menguasai La Liga Spanyol dan tim nasional Spanyol walau dengan postur tubuh nan mungil, mereka berhasil menghantarkan timnya memboyong gelar juara dunia dan juara Eropa.
Memiliki tubuh mungil tidak menghalangi mereka mengatur ritme permainan secara tim. Demikian juga dengan Nolan Prionggo, pemain kelahiran 2007 yang menempati posisi sebagai midfielder. Nolan sapaan akrab pemain cilik ini selalau dipercaya sebagai midfielder, baik ketika masih bergabung dengan Pelita Jaya Soccer School maupun SSB La Liga tempat sekarang dia belajar sepak bola.
Nolan memiliki kekuatan dalam melakukan dribling bola dan kecepatan dalam berlari. Walau Nolan pemain berkaki kanan, namun kekuatan kaki kirinya juga sama baiknya dalam menguasai, mengontrol, passing maupun dribling bola.
Gelandang mungil ini telah mengikuti pelbagai liga maupun turnamen sesuai usianya. Indonesia Junior Soccer League (JSL), Indonesia Junior League (IJL) maupun liga Askot PSSI serta turnamen sepakbola usia dini di Jabodetabek lainnya telah menjadi ajang langganan Nolan unjuk kebolehan.
Seringkali sebagai gelandang yang mengatur serangan, Nolan kerap dilanggar guna menghentikan pergerakannya yang lincah. Apalagi tubuh mengilnya membuat lawan-lawannya di lapangan harus menggunakan kekuatan body charge untuk merebut bola darinya.
Berlatih sepakbola sejak usia 8 tahun, Nolan beruntung pernah dilatih oleh pelatih-pelatih hebat baik di Pelita Jaya Soccer School maupun di SSB La Liga.
Saat ini, Nolan berlatih mandiri di rumah karena wabah COVID-19 melanda. Persiapan menjalani liga Top Skor sementara waktu dia lakukan di rumah dengan arahan dari pelatihnya di La Liga. Pemain lincah ini pernah terpilih dalam program Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) DKI Jakarta.
Dalam keseharian, sebagaimana anak seusianya, Nolan termasuk anak yang mudah bergaul, supel dan penuh canda tawa. Pribadi yang supel juga terlihat ketika dia bermain dalam sebuah pertandingan.
Kendati sebagai gelandang terkadang Nolan belum bisa memanfaatkan timing atau momentum dalam bermain. Hal ini turut mempengaruhi momentum perpindahan bola kepada rekannya. Sehingga bergulirnya bola seringkali terhambat.
Ego seorang gelandang, membuatnya terlalu sering berlama-lama memainkan bola. Karena itu perlu motivasi agar ketika memainkan bola, ia lebih cepat mengambil keputusan, baik itu dribling, passing, maupun shooting.
Teruslah berlatih Nolan, agar almarhum Ayahmu tersenyum bangga di sana. (MM)