
AnakBola – Senin (16/12/2024) siang, langit di seputaran lapangan Purwobinangun, DI Yogyakarta menggantungkan mendung tipis—seolah memahami betapa berat langkah para pemain SSB Tunas Palapa menuju pinggir lapangan. Wajah-wajah remaja yang biasanya dipenuhi semangat kini tertunduk lesu. Mimpi membawa pulang trofi Piala Soeratin U-15 harus rela terkubur setelah mereka kalah 0-2 dari Gabsis Sambas di babak 8 besar.
Pertandingan berjalan dalam ritme yang tenang, seperti alunan lagu pengiring yang tak ingin berakhir tragis. Namun di balik tempo yang tak terlalu tinggi, kedua tim menari di atas rumput dengan serangan demi serangan. Pertahanan Gabsis tampil rapi, sementara mereka mampu membungkus efektivitas dalam setiap peluang kecil yang tercipta.
Pertarungan yang semula tampak seimbang berubah di penghujung babak pertama. Pada menit ke-43, Hasan, pemain Gabsis, menjebol gawang Tunas Palapa lewat sebuah gol dingin hasil umpan cut back. Keheningan menyelimuti pemain dan ofisial Tunas Palapa. Gol itu seperti anak panah yang melesat tepat ke jantung asa Valentino dan kawan-kawan.
Bahkan ketika detik-detik akhir pertandingan bergulir di menit ke-93, nyala harapan yang tersisa masih membara, meski redup. Sundulan pemain Gabsis Kaka dari bola mati bagai menambah luka. Sepakan tajam itu melesat tanpa ampun ke gawang Tunas Palapa, tak mampu dijangkau sang penjaga gawang. Peluit panjang wasit bagaikan akhir sebuah balada, menyisakan hening dan pandangan kosong.
Di bawah terik yang tak lagi menyengat, SSB Tunas Palapa meninggalkan lapangan dengan langkah berat. Mimpi mereka memang tertahan, namun di balik air mata dan kesedihan, ada cerita yang layak dikenang—tentang perjuangan, tentang harapan yang pernah membumbung tinggi di langit Purwobinangun. (RED)