AnakBola – Di bawah langit Mojokerto, FOSSKA Kaltim menari dengan irama kemenangan. Dari 1–5 Juli 2025, turnamen Internusa Cup U-12 edisi keenam menjadi panggung bagi satu-satunya wakil Kalimantan ini untuk menorehkan tinta emas—menjadi juara setelah mengumpulkan 13 poin dari tujuh laga yang penuh tensi dan taktik.
Namun, ada satu nama yang menembus batas statistik. Ia adalah Mardika, bocah 12 tahun dari desa Sumber Sari, Barong Tongkok, Kutai Barat. Perjalanannya ke puncak tak semudah menggiring bola di lapangan. Butuh 12 jam naik kapal menuju Samarinda, lalu 32 jam perjalanan darat hingga tiba di Mojokerto—tempat impian itu menunggu untuk direngkuh.
Jebolan SSB Diandra Kubar ini tak hanya lincah sebagai winger, tapi juga disiplin dalam doa dan kerja keras. Plafon rumahnya pun pernah jadi korban semangat latihannya. Sang ayah, Kaharudin, tahu bahwa anaknya bukan hanya bermain bola—ia sedang menapaki takdirnya.
Mengidolakan Egy Maulana Vikri, Mardika menjadikan sepak bola bukan sekadar permainan, melainkan jalan hidup. Menurut sang ayah, Kaharudin, kecintaan Mardika terhadap sepak bola sudah terlihat sejak kecil—hingga perabotan dan plafon rumah menjadi saksi semangat latihannya. Ia rutin berlatih mandiri di rumah, sebelum akhirnya dipantau langsung oleh FOSSKA saat tampil di tingkat provinsi. Di tengah kesibukannya, ibadah lima waktu tetap ia jaga dengan istikamah.
Kini, Mardika bukan hanya harumkan nama Kaltim. Ia menyulam mimpinya menjadi nyata—dinobatkan sebagai Best Young Player Internusa Cup U-12. Sebuah awal dari kisah besar yang baru saja dimulai. (RED)
